Menjadi Guru Profesional dan Berdaya Saing, Begini Pesan Wabup Romanus

Maumere, Ekorantt.com – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Sikka menyelenggarakan konferensi luar biasa di Aula SMA Negeri I Maumere, Sabtu (28/11/2020). Kegiatan ini dibuka langsung oleh Wakil Bupati Sikka, Romanus Woga.

Dalam sambutannya, Wabup Romanus menggarisbawahi enam nilai penting yang harus dihayati seorang guru agar menjadi guru yang profesional dan berdaya saing.

Pertama, perilaku. Menurutnya, organisasi dimana pun pasti menempatkan perilaku sebagai prioritas utama. Hendaknya sikap dan perilaku guru menjadi sumber inspirasi peserta didik. Harapannya, peserta didik bisa belajar dan mengembangkan diri dengan tetap memahami konteks kebudayaan lokal dan peduli pada lingkungan.

Kedua, visioner. “Kita harus mempunyai visi ke depan,” kata Wabup Romanus.

“Dan punya impian menjadi profesi yang bedaya saing dan berdaya guna. Lalu kita juga punya misi. Misi itu adalah tongkat untuk melangkah ke visi”.

iklan

Ketiga, kejujuran. Bagi Wabup Romanus, kejururan merupakan hal  yang paling sulit.

“Kejujuran itu penting terutama korupsi. Kita guru tidak boleh korupsi,” tegasnya.

Keempat, keteguhan. Dibutuhkan keteguhan untuk menjadi seorang guru. Kelima, integritas. Keenam, pengabdian.

Guru Bukan Alat Politik

Sementara itu, Ketua Dewan Kehormatan PGRI Kabupaten Sikka, Gabriel Gleko mengatakan,  sejak tahun 1975 dirinya berkecimpung menjadi guru, PGRI sebenarnya belum menemukan identitas diri sebagai organisasi profesi.

“Kalau boleh saya katakan bahwa hidup enggan mati tak mau,” ujarnya.

“Orde baru itu menjadikan guru sebagai kepentingan politik mereka. Guru sebagai pilar-pilar untuk kemenangan partai Golkar pada saat itu,” bebernya.

Setelah reformasi, kata Gleko, kondisi lebih buruk lagi. Setiap orang memanfaatkan guru untuk kepentingan partai politik. Pendidikan hampir tidak disentuh. Anak didik dan guru dijadikan alat untuk kepentingan sekelompok orang. Itu masalah besar, kata Gleko.

Baginya, pendidikan dasar sekarang ini adalah pendidikan dalam badai.

“Mau ujian guru kepala sekolah takut. Anak takut. Orangtua takut. Kepala dinas takut. Bupati juga takut. DPR juga turun dari tempat ke tempat takut karena ujian nasional. Bagaimana pendidikan bikin orang ketakutan. Itu yang saya bilang pendidikan dalam keadaan membingungkan orang,” jelasnya menambahkan.

“Ingat guru-guru, sekarang siapa yang menjadi calon DPR atau Bupati manfaatkan guru sebagai alat politik mereka. Guru itu profesi bukan alat politik,” pungkasnya.

TERKINI
BACA JUGA