Soe, Ekorantt.com – Anggota Komisi IV DPR RI Yohanis Fransiskus Lema menyelenggarakan bimbingan teknis (Bimtek) bertajuk “Manajemen Pemeliharaan dan Ekonomi Ternak Sapi” di Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Senin, 17 Oktober 2022.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas para peternak. Diakui Ansy Lema, ekonomi terbesar NTT ditopang oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, dengan persentase sebesar 29,17% di tahun 2021.
Peternakan menyumbang persentase 10,18% dan merupakan sektor dengan kontribusi terbesar, mengalahkan tanaman pangan yang persentasenya tercatat 7,58%.
Ia menambahkan, peternakan adalah subsektor penyangga utama sektor pertanian NTT. Karena itu, berbagai jenis Bimtek ataupun pelatihan yang dibutuhkan oleh para peternak untuk berkembang sangat diperlukan.
Bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, Bimtek dilaksanakan di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dengan jumlah peserta 70 peternak.
Bagi Politisi PDI Perjuangan ini, ternak sapi dan babi adalah dua jenis ternak yang paling besar populasinya di NTT. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah populasi sapi potong di NTT tahun 2021 sebesar 1,248 juta dan populasi babi sebesar 2,598 juta.
“Kabupaten TTS tergolong sebagai kabupaten dengan populasi sapi potong terbesar di NTT, setelah Kabupaten Kupang dengan jumlah 223.076 ekor. Untuk babi, TTS juga merupakan kabupaten dengan populasi babi terbesar setelah Kabupaten Kupang dengan populasi 230.560 ekor,” kata Ansy Lema.
“Ini berarti TTS adalah wilayah yang sangat potensial untuk pengembangan ternak sapi dan babi,” tambahnya.
Dengan potensinya yang besar, meskipun NTT masuk dalam kategori zero case untuk Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), bukan berarti NTT bebas dari bahaya PMK. Pencegahan terhadap penyakit ini harus dilakukan dengan serius.
“Saya bersuara kencang soal PMK ini. Ingat bahwa meskipun NTT masuk dalam wilayah zona hijau, tetapi harus betul-betul diatur arus lalu lintasnya. Ternak kita yaitu babi sudah pernah terkena virus African Swine Fever (ASF) dan sangat memukul perekonomian. Jangan sampai PMK masuk ke NTT. Harus kita cegah,” tegasnya.
Pemasok Jabodetabek
Di sisi lain, Medik Veteriner Madya Balai Besar Veteriner Denpasar Direktorat Jenderal PKH Kementan I Gusti Ngurah Agung Wisnu Adi Saputra mengakui NTT adalah pemasok daging bagi wilayah Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi).
Karena itu, NTT termasuk sebagai wilayah yang penting bagi keseimbangan rantai pasokan daging di tanah air.
“Para peternak di NTT harus maju dan berkembang. NTT adalah wilayah yang penting, terutama Kabupaten TTS. Kami akan terus bersinergi dengan Komisi IV untuk bisa memberikan Bimtek bagi para peternak, termasuk di NTT,“ terang Wisnu.
Peneliti Ahli Madya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bernardus De Rosari menambahkan para peternak harus memahami cara mengelola dan memelihara ternak sapi. Pengelolaan yang benar akan mendatangkan pemasukan atau keuntungan bagi peternak.
“Peternak harus tahu cara membuat kandang, menggembalakan ternak, dan membuat perhitungan biaya-biaya yang diperlukan untuk memelihara ternak sapi,” pungkas Bernardus.