Jadi Sekolah Penggerak, SMP Seminari BSB Maumere Siap Wujudkan Profil Pelajar Pancasila

Maumere, Ekorantt.com – SMP Seminari Bunda Segala Bangsa (BSB) Maumere menjadi salah satu sekolah penggerak yang siap mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Kepala Sekolah Seminari Bunda Segala Bangsa (BSB) Maumere, RD Agustinus Pitang menegaskan, pihaknya siap berkolaborasi dan bekerja sama dengan semua pihak untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Usaha mencapai Profil Pelajar Pancasila, kata Romo Agustinus, tidak saja merupakan gerakan dalam sistem pendidikan, namun juga merupakan gerakan masyarakat.

“Kesuksesan dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila akan tercapai jika orang tua, pendidik, peserta didik dan semua instansi di masyarakat berkolaborasi dan bekerja sama untuk mencapainya,” tegas Romo Agustinus ketika diwawancarai Ekora NTT di ruang kerjanya Rabu (9/11/2022).

Profil Pelajar Pancasila, lanjut imam Projo Keuskupan Maumere ini, diwujudnyatakan melalui proyek atau yang disebut P5 yakni Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan enam dimensi Profil Pelajar Pancasila.

iklan

Dimensi-dimensi tersebut adalah Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif.

“Pada tataran implementasi pembelajaran berbasis proyek berpusat pada peserta didik sebagai pelajar penggerak yang aktif, kreatif, inovatif dan kolaboratif adalah roh Kurikulum Merdeka,” katanya.

Pembelajaran Diferensiasi

Romo Agus mengatakan Merdeka Belajar adalah pengembangan dari Kurikulum 2013. Berbeda dengan Kurikulum 2013, katanya lagi, pada Kurikulum Merdeka, peserta didik menjadi posisi sentral (student centered) dalam proses belajar-mengajar.

Dalam Kurikulum Merdeka, demikian Agus, diterapkan pembelajaran berdiferensiasi yang menyenangkan dengan memberi keleluasaan pada  peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat dan profil peserta didik.

“Pada awal pembelajaran diferensiasi dilaksanakan assesment diagnostik. Sebelum guru merancang pembelajaran dan peserta didik dibagi dalam kelompok pembelajar karena kemampuan peserta didik tidak sama,” jelasnya.

“Kunci dari pembelajaran berdiferensiasi agar guru dapat mengetahui dan mengenal peserta didik  dengan baik sehingga dapat merancang pengajaran baik secara individu, kelompok kecil atau seluruhnya,” ungkapnya.

Gedung SMP Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere

Ekosistem Sekolah

Menyinggung tentang ekosistem sekolah yang dibangun menjadi tempat yang nyaman untuk mewujudkan Merdeka Belajar, Romo Agus mengatakan, dengan menciptakan ruang kolaborasi yang baik dengan membangun komunikasi yang baik secara internal maupun eksternal.

Ia juga menambahkan, kesiapan sarana dan prasarana dan perangkat pembelajaran juga sangat penting.

Lebih lanjut, dikatakannya, sekolah penggerak mendapatkan bantuan dana dari Kemendikbud untuk peningkatan sarana dan prasarana serta peningkatan kompetensi SDM guru.

Sementara Calon Guru Penggerak dari SMP Seminari Bunda Segala Bangsa, Thadeus Mari, kepada Ekora NTT mengungkapkan rasa bahagianya sebagai calon guru penggerak.

“Banyak pengetahuan yang didapat. Sebelumnya guru menggunakan metode lama, lebih banyak guru aktif sementara dalam Kurikulum Merdeka peserta didik menjadi sentral dan dikemas pembelajaran yang menyenangkan,” ujar Us.

Ia mencontohkan, mata pelajaran Matematika yang selama ini menjadi momok menakutkan bagi peserta didik, perlahan-lahan harus dibuat lebih menyenangkan.

“Dulunya jarang sekali pada pelajaran Matematika peserta didik menyanyi. Untuk rumus Matematika, saya buatkan dalam bentuk lagu atau puisi sehingga menyenangkan bagi peserta didik,” ungkapnya.

“Sebagai calon Guru Penggerak harus tampil beda dan mau berubah sehingga menjadi magnet bagi teman-teman lain untuk mengikuti Guru Penggerak,” tutupnya.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA