Permintaan Meningkat, Omset Bisnis Maelato di TTU Capai Miliaran Rupiah

Kefamenanu, Ekorantt.com – Maelato (bahasa Dawan) atau Maek (bahasa Tetun) adalah sejenis ubi-ubian dengan berat mencapai 2kg hingga 5kg. Maleato memiliki kandungan karbohidrat dan zat besi yang bisa dikonsumsi sebagai pengganti nasi. Maleato pun bisa diolah menjadi berbagai jenis tepung dan cemilan. 

Selain ubi Maelato, biji pada ruas-ruas daunnya pun bisa jual.

Tidak sulit membudidayakan Maelato karena jenis tanaman ini mampu tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah.

Maelato bisa ditanam menggunakan sistem tumpang sari dengan tanaman lain. Misalnya,  ditanam dengan jahe, di bawah naungan pohon jati. Bahkan hasil survey menunjukan, Maelato yang ditanam di bawah naungan pohon jati memiliki kualitas yang sangat baik. Kadar air dalam umbi Maelato yang ditanam di bawah pohon jati bisa ditekan sehingga yang dominan adalah karbohidratnya. 

Hery Bait warga Desa Fatu Ana, Kabupaten TTU yang menggeluti bisnis Maelato berkesempatan berbagi cerita tentang bisnis ubi-bian ini. ASN di lingkup Pemda TTU ini menjalankan bisnis Maelato sebagai pekerjaan sampingan.

Ia mengaku, di luar jam kantor dirinya meluangkan waktu mengumpulkan Maelato dari warga-warga di sekitar tempat tinggalnya.

Hery Bait mengatakan, permintaan dan pemasaran Maelato saat ini sedang tinggi dan bergerak dengan cepat.  Banyak permintaan dari luar NTT dan kabupaten-kabupaten tetangga seperti Kabupaten Timor Tengah Selatan(TTS) dan beberapa daerah di Sumba.

Ia mengaku, beberapa waktu terakhir, dirinya mendapat permintaan Maelato sebanyak 10 ton. Masing-masing 4 ton dari wilayah TTU dan 6 ton dari beberapa wilayah di Sumba.

“Bayangkan jika kisaran harga dari Rp.30.000 hingga Rp.50.000 setiap kilonya.Jika dikalikan dengan masing-masing permintaan tersebut, omset yang kita dapat mencapai miliaran rupiah,” ujar Hery Bait.

Menurutnya, Maelato adalah hasil bumi yang fantastis. Pemasarannya pasti karena banyak permintaan dari pulau Jawa.

Ia mengaku sudah bekerja sama dengan pengusaha yang ada di Jawa untuk membudidayakan dan mencari Maelato di TTU. Selanjutnya, Maelato itu akan diekspor ke Jawa dan diteruskan ke negara-negara yang mengkonsumsinya sebagai makanan pokok, seperti Cina, Vietnam dan Korea.

“Saya juga heran hanya lewat akun facebook saya diajak kerjasama bahkan mereka kirim uang untuk saya cari Maelato disini,” ujarnya.

Di TTU sendiri, ungkapnya, tidak semua kecamatan atau desa memiliki Maelato. Tanaman ini hanya dibudidayakan warga di beberapa tempat seperti Kecamatan Bikomi Nilulat, Keamatan Insana dan Miomaffo Barat.

Hery mengaku siap membantu mendistribusikan Maelato dari para petani lokal dengan jejaring pebisnis Maelato yang ia miliki. 

Penawaran dan permintaan pasar yang besar diharapkan merangsang masyarakat TTU untuk lebih giat membudidayakan Maelato guna menambah penghasilan ekonomi.

“Kita berharap Maelato ini dibudidayakan masyarakat karena budidaya Maelato tidak membutuhkan perhatian terlalu khusus,” jelasnya.

Santos

DPRD Matim Pantau Langsung Proyek Pekerjaan Fisik di Daerahnya

Borong, Ekorantt.com – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Manggarai Timur (Matim) memantau langsung berbagai proyek fisik lapis penetrasi macadam (lapen) yang dikerjakan tahun 2019 di Kecamatan Pocoranaka dan Pocoranaka Timur pada Rabu, (02/10/2019).

Pantauan proyek fisik tersebut dipimpin langsung oleh Wakil Ketua 1 DPRD Matim Bernadus Nuel, didampingi anggota DPRD asal fraksi PKB Ferdinandus Alfa. 

Keduanya memantau sejumlah proyek lapen di sejumlah Desa yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Kabupaten Manggarai Timur dan Dana Desa tahun 2019.

“Peninjauan proyek ini sebagai tugas kami anggota dewan dalam menjalankan fungsi kontrol. Sehingga proyek pemerintah harus dipastikan memiliki mutu sesuai harapan masyarakat,”  jelas Wakil Ketua DPRD Matim, Bernadus Nuel kepada EkoraNtt, di lokasi, Rabu (2/10/2019).

Ia mengatakan, proyek fisik di Kabupaten Manggarai Timur harus diawasi secara ketat demi menjaga kualitasnya. 

“Supaya kualitasnya baik dan bangunan bisa bertahan lama. Ini kita lakukan supaya uang daerah yang dikucurkan bermanfaat untuk masyarakat,” kata anggota DPRD Dapil Poco Ranaka dan Poco Ranaka Timur itu.

Untuk diketahui, dua anggota DPRD itu meninjau pekerjaan lapen yang bersumber dari DAK Kabupaten Manggarai Timur di kelurahan Golo Wangkung Barat, Desa Benteng Rampas sejauh 2,3 KM, sementara pekerjaan yang bersumber dari Dana Desa di Desa Compang Wunis sejauh 1 KM. 

Nansi (Kontributor)

5 Detik Awal Saat Gempa, Lakukan 3 B

Maumere, Ekorantt.com – Koordinator Program Pengurangan Resiko Bencana Perkumpulan Tunadaksa Kristiani ( Persani) NTT,  Desiderdea Kanni pada Lokakarya Kerangka Kebijakan Pembentukan Layanan Disabilitas di Hotel Sylvia Maumere 2-3 Oktober 2019 mengatakan saat gempa 5 detik awal lakukan 3 B yakni Berlutut, Berlindung, Bertahan sambil Berpegangan.

Desi mengingatkan pada saat gempa jangan cepat panik untuk berlari keluar rumah. Karena jika berada dalam rumah banyak penghalang seperti lemari, televisi, meja kursi, kulkas dan perabot rumah lainnya jika tidak berhati-hati bisa gawat.

Saat gempa lanjut Desi, cabutlah cok yang ada di rumah dan jangan lupa matikan kompor.

“Saat terjadi jangan panik dan barang yang ada di depan mata seperti periuk jadikan sebagai pelindung kepala. Segera menggunakan alas kaki untuk menghindari pecahan kaca, beling dan paku,” kata Desi mengingatkan.

Menyinggung tentang 3 B bagi penyandang disabilitas , Desi yang sudah sepuluh  tahun bergabung dengan Persani ini menjelaskan jika difabel tanpa dampingan berada sendiri di rumah atau sedang di tempat tidur bisa menggunakan bantal atau kasur untuk menutup bagian muka tubuh yang paling sensitif.

“Perlu diingat gunakan bantal mengurangi benturan dan tekanan ke tubuh tidak terlalu keras. Sementara dengan dampingan ( kursi roda) tambah Desi mengunci rodanya dan gunakan untuk berlindung. Jika ada pendamping berlindung di bawah meja.

Bagi teman-teman difabel, terang Desi 3 B itu penting ketika berada sendiri di rumah karena yang dilakukan sederhana dan singkat.

“Oleh karenanya pada saat melakukan 3 B berusaha bertahan sambil menunggu intensitas gempa menurun, memanggil kerabat untuk mengevakuasi. Jika ada pendamping selain membantu difabel dia juga harus menyelamatkan dirinya,” jelas Desi.

Sebelum gempa apa yang harus disiapkan? Desi menambahkan penataan kamar tidur steril dari lemari-lemari. Juga isi tas siaga dengan mengisi barang seperti makanan, peralatan P3K, senter, air minum, pakaian dua atau tiga lembar, buku catatan nomor-nomor kontak, pelengkap mandi. Jangan lupa uang, masker dan peluit.

” Jika berada di tempat yang jauh dan ada bunyi peluit maka ada kehidupan di sana sehingga bisa di evakuasi,” kata Desi seraya mengatakan tas siaga itu hendaknya digantung di pintu keluar.

Koordinator Program Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat Caritas Keuskupan Maumere, Maria Helena  sebagai penginisiasi lokakarya ini kepada Ekora NTT mengatakan lokakarya ini diikuti 40 peserta berasal dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sikka, Dinas Sosial Kabupaten Sikka ( TAGANA), PMI Sikka, Forum Peduli Penanggulangan Bencana, Badan SAR Sikka, Forum Bela Rasa Difabel Nian Sikka, Program DRR PSE Caritas, Desa Tangguh Bencana, Relawan SIBAT, Caritas Maumere dan Caritas Germany.

Pertimbangan lain dan manfaat dari lokakarya ini kata Ellen adalah prinsip non diskriminasi dalam penanggulangan bencana. Ada difabel yang tidak dapat mengevakuasi diri sendiri pada saat bencana.

“Tidak semua difabel dapat mengakses informasi tentang bencana. Selain itu belum ada pelatihan evakuasi dan mitigasi bencana bagi difabel dan sering terabaikan dalam kedaruratan bencana. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah melibatkan difabel dalam kerja-kerja penanggulangan bencana,” ujar Ellen.

Yuven

Festival Pranata Adat di Ruteng Bakal Tampilkan Seruan-Seruan Perdamaian

Ruteng, Ekorantt.com – Kementerian Desa, Pembangunan, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal  Pembangunan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) bersama Pemerintah Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur akan menggelar festival pranata adat di Lapangan Motang Rua, Ruteng pada Rabu, (9/10/2019). 

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengaktifkan kembali penguatan lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat di desa-desa.

Kegiatan yang dalam agendanya akan dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Kemendes Anwar Sanusi serta rombongan dari Ditjen PDTu ini mengusung tema “Adat Budaya Membangun Perdamaian Indonesia”. 

Dalam festival ini, akan digelar aneka kegiatan seperti, penandatangan prasasti perdamaian oleh Kementerian Desa, Pemkab Manggarai , Tokoh Masyarakat, Kepolisian, serta perwakilan dari setiap Kepala Desa melalui APDESI. 

Dalam agenda pelaksanaanya, event ini akan diorganisasi oleh Sunrise Camp Indonesia, sebuah event organizer yang berbasis di Ruteng.

Direktur Sunrise Camp Indonesia (SCI), Yohanes  Efremi Ngabur yang dikonfirmasi media ini, Jumat (4/10/2019) malam mengatakan, selain penandatanganan prasasti, dalam festival ini juga akan digelar Karnaval Budaya yang melibatkan komunitas lintas etnik dari seluruh Indonesia  yang berdomisili di Manggarai.

Selanjutnya, juga akan digelar pementasan budaya dari berbagai etnik yang akan didominasi oleh pementasan budaya Manggarai.

“Nanti akan kita mulai dengan karnaval budaya dari berbagai paguyuban etnik. Kita mulai sore hari sekitar jam 3. Setelah karnaval akan dilanjutkan dengan pementasan budaya dari berbagai etnik, sebagian besar dari Manggarai,” jelas Ngabur.

“Akan ada juga mata acara narasi perdamaian yang isinya seruan untuk perdamaian. Ini nanti akan dibuat dalam bentuk monolog,” tambahnya.

Sebagai pamungkas acara, akan digelar api unggun di tengah lapangan Motang Rua sebagai simbol persaudaraan dan perdamaian. Dalam festival ini, panitia juga menyiapkan tempat khusus untuk pelaku ekonomi kreatif dari berbagai komunitas seperti pengusaha kuliner serta ibu-ibu penenun di Manggarai.

Ngabur mengaku, persiapan kegiatan ini sudah hampir matang karena tim kerja sudah mulai menjalankan tugas. 

“Sudah hampir tuntas, teamwork sudah mulai jalankan tugas tinggal beberapa hal teknis yang akan kita rampungkan pada hari-hari terakhir jelang kegiatan ini,” tuturnya.

Dia berharap, kegiatan ini bisa disaksikan oleh seluruh kalangan masyarakat di Manggarai, khususnya di Kota Ruteng dan sekitarnya. 

Menurutnya, kegiatan ini adalah bentuk penghargaan pemerintah terhadap keberadaan lembaga adat yang ada di Indonesia khususnya di Manggarai. Oleh karena misi luhur itu maka kegiatan ini sudah selayaknya diapresiasi.

Adeputra Moses

Usai Diprotes Warga, DPRD Matim Tinjau Batas Tanah di Pasar Borong

Borong, Ekorantt.com – Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Manggarai Timur (Matim) meninjau pilar-pilar batas tanah di Pasar Borong, Kelurahan Rana Loba, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, pada Jumat (4/10/2019).

Aksi turun lapangan para anggota DPRD Matim ini dilakukan setelah pada Kamis, (3/10/2019) 20 orang warga Pasar Borong mendatangi kantor DPRD dan memberikan pernyataan sikap menolak rencana pembangunan pagar tembok di sekitar area Pasar Borong.

Berdasarkan pantauan Ekorantt.com, sejumlah anggota DPRD turun memantau aktivitas jual beli sekaligus memeriksa pilar-pilar batas tanah di Pasar Borong.

Setelah melakukan sidak dan peninjauan, membuka sesi dialog bersama warga. Sesi dialog itu berlangsung di lantai dua Pasar Borong. 

Ketua Komisi B DPRD Matim,  Agustinus Tangkur, saat diwawancarai media ini mengatakan, para anggota DPRD Matim sengaja mengagendakan kunjungan tersebut untuk melihat secara langsung pilar-pilar dan batas-batas Pasar Borong. Pilar-pilar yang menandai batas Pasar Borong itu menjadii salah satu hal yang turut dipersoalkan oleh warga yang mendatangi kantor DPRD pada Kamis lalu. 

“Setelah kita berdialog dengan warga, satu poin yang menjadi kesepakatan bersama adalah dalam waktu dekat kita akan hadirkan pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN), untuk mengecek dan melihat kesesuaian antara batas tanah yang riil dengan yang tertera di sertifikat,” jelas Tangkur. 

Tangkur menegaskan bahwa upaya ini perlu ditempuh agar tidak ada saling klaim antara warga dan Pemda terkait batas tanah di Pasar Borong. Ia berjanji  masalah ini akan diselesaikan selama sepekan.

“Target kita, dalam satu minggu ke depan masalah ini sudah selesai. Apalagi ini tempatnya di Pasar,” ujar Tangkr. 

Adeputra Moses

Sawah-Sawah Warga di Rengkam Dilanda Kekeringan

0

Borong, Ekorantt.com – Sekitar dua hektar sawah milik warga Desa Rengkam, Kecamatan Poco Ranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur saat ini sedang dilanda kekeringan.

Kemarau panjang memengaruhi cuaca dan debit air yang mengaliri sawah, sehingga beberapa jumlah petak sawah milik warga pun mengalami retak. Keadaan sawah yang demikian akan rentan mengalami longsor ketika hujan tiba.

Natalius Adam Visty, salah satu warga Kampung Ntorang, Desa Rengkam saat diwawancara Ekorantt.com pada Jumat (4/10/19) mengatakan, penyebab utama kekeringan ini adalah kemarau yang panjang yang membuat debit air untuk lahan sawah berkurang.

Natalius mengaku, hampir semua lahan sawah miliknya retak. Hal itu turut menimbulkan  longsor di beberapa titik petak sawah.

“Untuk tahun ini, saya gagal panen sekitar 1 ton padi,” keluh Natalius.

Natalius mengaku, tiga petak sawah miliknya longsor.

“Tiga petak sawah milik  saya dilanda longsor. Begitu juga di beberapa sawah milik petani lain,” tuturnya.

Menurutnya, kemarau yang kian panjang ini juga menimbulkan beberapa pohon kopi milik warga kering dan mati. Hampir semua tanaman komoditi milik warga terancam gagal panen.

“Hasil kopi di tahun 2020 juga tentu akan berkurang karena kemarau yang begitu panjang ini,” pungkasnya.

Adeputra Moses

Bertahun-tahun, Warga Desa Beiwali Krisis Air Bersih

0

Bajawa, Ekorantt.com – Meskipun memiliki sumber air, masyarakat desa Beiwali, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada harus tetap mengandalkan mobil tangki untuk mendapatkan air bersih demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kondisi tersebut sudah dialami masyarakat setempat selama bertahun-tahun. Namun, hingga sekarang hal itu tetap saja luput dari perhatian pemerintah Kabupaten Ngada.

Salah satu warga, Leonardus Lagho ketika ditemui media ini di rumahnya, Jumat (2/09/2019) mengatakan, untuk mendapatkan air bersih guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia dan warga lainnya harus mengandalkan mobil tangki yang biasa berjualan air di desa tersebut.

“Kondisi seperti ini sudah kami alami sejak dulu. Untuk bisa dapat air bersih, kami terpaksa beli di tangki yang biasa jual air di kampung ini,” ungkapnya.

Menurutnya, untuk mendapatkan air satu tangki berukuran 1100 liter, minimal ia harus mengeluarkan uang seharga Rp.120.000 per tangki.

“Dalam kondisi terdesak, misalnya untuk acara resepsi keluarga atau hajatan lainya, kami terpaksa membeli dengan harga yang cukup tinggi yaitu mencapai Rp.150.000/tangki,” ujar Lagho.

Lagho menceritakan, jika musim hujan ia dan warga sekitar akan mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari cuci, mandi, dan lain-lain. Hal tersebut terpaksa ialakukan demi mengurangi ongkos untuk membeli air.

Ia berharap pemerintah daerah kabupaten ngada bisa mencari jalan keluar dengan cara menghadirkan mobil tangki yang menjual air dengan harga yang cukup terjangkau.

Kepala Desa Beiwali, Nikolaus Raga ketika diwawancarai di ruang kerjanya membenarkan kondisi yang dialami warga desa tersebut. Menurutnya, pengeluaran terbesar masyarakat di desanya adalah untuk membeli air bersih.

“Pengeluaran terbesar masyarakat di sini adalah untuk beli air. Saya coba hitung. Misalkan saja harga air Rp.120.000 per tangki. 390 kepala keluarga di sini, dikali satu bulan saja sudah mencapai Rp.46.800.000. Uang sebanyak itu dikeluarkan oleh semua kepala keluarga di Beiwali untuk membeli air per bulan. Semua kepala keluarga hanya berharap dari tangki,” jelasnya.

Menurut Nikolaus, pihaknya pernah melakukan survei bersama pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Ngada, berkaitan dengan mata air yang ada di balik bukit di desa tersebut.

Namun, dari hari hasil survei, pihaknya menyimpulkan bahwa mata air itu berada di bawah atau  67 m lebih rendah dari pada pemukiman masyarakat Desa Beiwali. Dengan demikian sulit bagi warga untuk mengalirkan air dari mata air tersebut ke wilayah pemukiman penduduk. 

Menurutnya, pemerintah kabupaten Ngada pernah berjanji untuk memberi sumbangan berupa dua buah sumur bor untuk mengatasi masalah tersebut, tetapi sampai saat ini janji tersebut belum ditepati oleh pihak Pemda.

“Alternatif lain yang kita buat adalah dengan membangun bak penampung dari anggaran dana desa untuk setiap rumah sehingga ketika masyarakat beli air bisa ditampung disitu,” ungkap Nikolaus.

Berni

Mahasiswa PGSD Unika St Paulus Ruteng Ikut Kompetisi Debat Nasional di Solo

Solo, Ekorantt.com – Dalam rangka Pekan Ilmiah Mahasiswa dan Pelajar (PIMPEL) 2019, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Lomba Debat Tingkat Nasional bertajuk “Menumbuhkan Generasi 4C (Creative, Critical Thinking, Collaboration, Communicative)  di era Revolusi Industri 4.0.”

Kegiatan itu berlangsung satu hari penuh pada Rabu (2/10/2019) di gedung Auditorium UMS, Jl. Garuda Mas No. 4B Mendungan, Pabelan, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Peserta dalam Kegiatan lomba debat nasional itu terdiri dari 14 tim. Semua peserta adalah mahasiswa jurusan PGSD dari 9 kampus di Indonesia. 

Sembilan kampus yang tercatat sebagai peserta lomba yakni Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Slamet Riyadi, Universitas Sebelas Maret, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Jember, Universitas Veteran Bangun Nusantara, Universitas Katolik Indonesia St. Paulus Ruteng, dan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 

Prodi PGSD FKIP Unika St. Paulus Ruteng mewakilkan satu tim debat. Para peserta debat yang diikutsertakan adalah mahasiswa Prodi PGSD yang meraih Juara I pada saat perlombaan Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia (KDMI) tingkat program studi PGSD FKIP Unika St. Paulus Ruteng tahun 2019. 

Para mahasiswa itu yakin Aleksius Jeka, Agustina Rona, dan Katarina Metilda Sari Kada. Tim debat UNIKA St. Paulus Ruteng didampingi Marselinus Robe, M.Pd, dosen Prodi PGSD.

Kegiatan lomba debat tersebut dibuka secara resmi oleh ketua Prodi PGSD FKIP UMS, Ibu Nur Amalia, M.Teach. tepat pukul 08:00 waktu setempat. 

Dalam sambutannya, Nur Amalia menegaskan, mahasiswa yang hidup pada era post-truth perlu memiliki sejumlah keterampilan. Keterampilan-keterampilan itu harus diasah, salah satunya melalui kompetisi debat.

“Sekarang kita masuk pada era post-truth, era kaburnya fakta-fakta objektif dan banjirnya berita hoax di ruang publik. Situasi ini membutuhkan generasi-generasi yang memiliki keterampilan: kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif,” ungkap Nur.

“Dalam debat, keterampilan kolaboratif anda dilatih. Kreativitas anda dituntut. Selanjutnya, kekritisan anda dalam melihat suatu topik atau isu dari sudut pandang lain dibutuhkan. Dan, tentu saja cara komunikasi baik lisan dan gesture tubuh dalam mematahkan lawan sangat diperlukan.” lanjut Ketua Prodi PGSD UMS itu.

Pada babak penyisihan tim debat PGSD FKIP Unika St. Paulus Ruteng berhadapan dengan tim debat dari Universitas Pendidikan Ganesha dan Universitas Veteran Bangun Nusantara. 

Sejak awal hingga akhir, kegiatan debat tersebut berlangsung tertutup.

Selvianus Hadun

Ruas Jalan Nceang-Kembur Rusak Parah

0

Borong, Ekorantt.com – Keadaan ruas jalan kabupaten di daerah Nceang menuju Kembur,  Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, rusak parah.

Berdasarkan amatan EKORA NTT, hanya ada sedikit jalan yang diaspal sepanjang ruas jalan menuju Kantor Bupati Manggarai Timur ini hanya. Selebihnya, yang ada hanyalah tonjolan-tonjolan kerikil yang masih tertanam maupun terlepas dan memenuhi badan jalan. 

Para pengendara kendaraan bermotor yang melintasi jalan tersebut perlu berhati-hati.

Kerikil-kerikil yang berserakan tidak hanya menghambat perjalanan, tetapi juga berpotensi menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Selain itu, debu dan abu hampir tak pernah berhenti mengerubuti setiap kendaraan yang melintas di jalan ini. 

Salah satau warga Desa Golo Leda, Sergio Yoriso Haru, kepada Ekorantt.com, Senin (30/09/2019) mengatakan, jalur Kembur- Nceang merupakan salah satu jalur yang penting. Jalur ini menjadi jalan alternatif yang sering digunakan oleh warga dari kecamatan Borong, Lamba Leda, Poco Ranaka Timur, Sambi Rampas, Elar, Elar Selatan, sebagian Kota Komba dan Poco Ranaka.

Yoris menerangkan, jika datang dari arah utara Kabupaten Manggarai Timur, ruas jalan tersebut sangat dekat menuju kantor bupati di Lehong. 

“Dari arah utara, jalan ini lebih dekat menuju kantor Bupati Manggarai Timur, jika dibandingkan melalui jalan trans Flores, Mano – Borong,” katanya.

Yoris berharap, pemerintah Kabupaten Manggarai Timur terus memperhatikan akses jalan tersebut dan segera memperbaikinya.

“Selama ini memang Pemda melakukan perbaikan di beberapa titik. Tetapi itu belum maksimal. Masih banyak yang harus diperbaiki lagi” pungkasnya.

Adeputra Moses

Persematim U-17 Pungut Sampah Usai Latihan di Pantai Cepi Watu

Borong, Ekorantt.com – Sikap dan aksi terpuji dilakukan oleh anak-anak Persatuan Sepak Bola Kabupaten Manggarai Timur (Persematim) usia 17 (U-17). Usai menjalani latihan pagi di pantai Cepi Watu Borong, tim sepak bola kebangaan rakyat Matim itu memungut sampah di sekitar lokasi latihan.

Pantai Cepi Watu Borong adalah salah satu tempat wisata di Matim yang kian ramai dikunjungi dalam beberapa waktu terakhir. Aksi pungut sampah itu oleh beberapa warga dilihat sebagai kepedulian tim sepakbola Persematim terhadap keasrian dan kebersihan salah satu aset wisata Kabupaten Matim.

Sikap ini tentu saja patut diteladani sebab dewasa ini banyak orang muda yang kurang peduli dengan kebersihan lingkungan.  

Agus Supratman yang ditemui awak media menyampaikan, salah satu masalah anak muda masa kini adalah krisis anutan. 

“Untuk masalah kebersihan lingkungan, salah satu soal anak-anak sekarang adalah krisis tokoh yang menjadi anutan mereka. Untuk itu saya ajak kita semua untuk selipkan sesi kegiatan pungut sampah pada setiap kegiatan yang digelar agar pada diri anak-anak tertanam kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan”, kata Agus.

Agus menambahkan, setiap akhir sesi latihan, tim Persematim selalu diarahkan untuk memungut sampah, baik itu di lapangan bola dan sekitarnya juga di mana pun tim Persematim berlatih. 

Pemain Persematim U-17, Syamsul Natas, yang ditemui di sela sesi aksi pungut sampah mengakui, menjaga kebersihan lingkungan merupakan kewajiban  semua pihak, terlebih khusus bagi anak-anak muda penerus bangsa. 

“Kita semua punya kewajiban yang sama dalam melestarikan lingkungan dan salah satunya adalah menjaga kebersihan lingkungan. Kami anak muda penerus bangsa wajib menjaga kebersihan lingkungan, agar sikap kami patut diteladani penerus bangsa berikutnya”, tutur putra asal Kampung Bugis yang mengenyam pendidikan di SMAK Pancasila Borong itu.

Untuk diketahui, Tim Persematim U-17 besutan Agus Supratman itu tengah melakukan persiapan jelang perhelatan turnamen Soeratin Cup antar kabupaten se-Nusa Tenggara Timur. Soeratin Cup akan mulai digelar pada 7/10/2019 di Kabupaten Ende.