Wali Kota Kupang Pimpin Pertemuan Tingkat Tinggi Tim Pengendalian Inflasi Daerah

Kupang, Ekorantt.com – Wali Kota Kupang, Jefirstson R. Riwu Kore, memimpin pertemuan tingkat tinggi atau high level meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kota Kupang (TPID), Selasa (30/3/2021) pagi. 

Pertemuan tersebut berlangsung di Ruang Rapat Garuda, Kantor Wali Kota Kupang dan dihadiri anggota TPID Kota Kupang yaitu Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTT; Ketua Tim Satgas Pangan Provinsi NTT; GM PT. Pelindo III Kupang; Kepala Divre Perum Bulog Provinsi NTT; Kepala Pemasaran Wilayah Timor dan Sumba PT. Pertamina Wilayah NTT; Direktur PT. Angkasa Pura (Persero) Cabang NTT; Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Kota Kupang; dan pimpinan perangkat daerah terkait, yakni Kadis Perindag Kota Kupang, Kadis Pertanian, Kadis Ketahanan Pangan, Kadis Perhubungan, Kepala Kantor BPS Kota Kupang dan Kabag Perekonomian Setda Kota Kupang. 

Wali Kota Kupang dalam sambutannya saat membuka kegiatan tersebut menyampaikan  bahwa pertemuan ini merupakan suatu langkah strategis dan penting dalam rangka membahas bersama inflasi di Kota Kupang yang dari tahun ke tahun perkembangannya cukup baik. 

Terhadap hal itu, Riwu Kore mengapresiasi kinerja BI Perwakilan NTT dan TPID Kota Kupang atas kerjasama yang luar biasa dalam pengendalian pasar di Kota Kupang. 

Menurutnya, inflasi sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat, serta perkembangan ekonomi dan pasar di Kota Kupang.

iklan

“Inflasi penting juga diketahui dan untuk dilaporkan ke pusat, karena sangat berpengaruh terhadap bantuan-bantuan  dari pemerintah pusat seperti dana insentif daerah,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa salah satu syarat mendapatkan dana insentif daerah (DID) yaitu selain pelaporan atau penetapan anggaran dari DPRD yang tepat waktu serta mendapatkan penilaian opini WTP, juga tingkat inflasi yang terkendali. Jika salah satu dari persyaratan ini tidak terpenuhi maka tidak bisa mendapatkan dana insentif daerah. 

Inflasi di Kota Kupang, lanjutnya, dipengaruhi oleh beberapa komoditi. Oleh karena itu, ia berharap peran PD Pasar untuk memastikan harga-harga bisa terkendali secara baik. 

“Supply dan demand diatur sedemikian rupa sehingga berada pada level-level inflasi yang terkendali, misalnya cabe rawit yang sangat berperan pada inflasi kita,”kata Wali Kota yang akrab disapa Jeriko ini. 

Kepala BI Perwakilan NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, mengatakan, sejak TPID dibentuk pada 2017, inflasi di Kota Kupang sangat terkendali. 

Menurutnya, hal itu terjadi karena peran serta semua anggota TPID termasuk insan pers yang menjalankan peran komunikasi dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat terhadap upaya pemerintah untuk mengendalikan inflasi di Kota Kupang. 

Dikatakan I Nyoman bahwa perkembangan inflasi bulanan di Kota Kupang pada Februari 2021 tercatat sebesar 0,36 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 0,55 persen (mtm). Inflasi Kota Kupang lebih rendah dibandingkan inflasi NTT sebesar 0,44 persen (mtm), dan lebih tinggi dari inflasi Nasional sebesar 0,10 persen (mtm). 

Ia menjelaskan bahwa  inflasi nasional terlalu rendah karena akibat pandemi covid-19 yang menjadi tantangan luar biasa baik lokal, nasional maupun global karena demand menurun. 

Diakuinya, untuk Kota Kupang terjadi fluktuasi, tetapi masih dalam batas-batas kewajaran, di mana sejak 2017 angka inflasi masih tertinggi di 2 persen dan deflasi terendah di angka -1 persen.

Hal itu, kata dia, dinilai masih sangat terkendali karena target tahun ini adalah 3+ dan -1 persen. Fluktuasi juga terjadi karena hari besar keagamaan seperti idul fitri, natal dan tahun baru.

Komoditi yang sangat berpengaruh terhadap inflasi, lanjutnya,  terutama didorong oleh kenaikan harga ikan kembung, kangkung, ikan tongkol, sawi hijau dan bayam. 

“Tetapi khusus di bulan Februari ini karena musim gelombang banyak nelayan yang tidak bisa melaut sehingga supply ikan segar berkurang,” ungkapnya.

Adapun komoditas deflasi, kata dia, dipengaruhi oleh angkutan udara, daging ayam ras, daging babi, cabai rawit dan bunga pepaya. 

“Untuk daging ayam ras dan daging babi disebabkan bukan karena pasokan menurun, tetapi karena konsumsi yang menurun. Sedangkan cabai rawit dikarenakan musim panen pada November lalu sehingga berdampak sampai sekarang,” sebutnya.

Sedangkan secara tahunan, lanjut  I Nyoman Ariawan Atmaja,  dari 2019 sampai 2021 inflasi Kota Kupang menurun terus. 

“Untuk Kota Kupang selalu di bawah provinsi NTT. Jadi masih on the track di dalam pengendalian inflasi,” katanya, 

Meski demikian, kata dia, jika inflasi terlalu rendah dampaknya yaitu bisnis tidak jalan dan ekonomi melemah.

“Sementara diketahui  PDRB di angka 106 triliun rupiah. Namun dengan kondisi pandemi Covid-19 akan turun karena produksi menurun diikuti permintaan juga menurun,” sebutnya. 

Saat ini, kata I Nyoman,  langkah yang perlu ditempuh pemerintah daerah bersama stakeholders adalah membangun kepercayaan masyarakat untuk kembali belanja, memberikan stimulus kepada masyarakat, baik melalui kredit, bantuan uang tunai dan sebagainya.

“Komoditas pendorong inflasi tiga bulan terakhir di Kota Kupang yaitu ikan segar, sayur mayur, cabai dan ayam dan hal ini dibutuhkan kerja sama luar biasa TPID termasuk satgas pangan,” katanya.

Ia mengatakan, berdasarkan hasil kajian KPW BI NTT tahun 2020 tentang pola perdagangan di Kota Kupang, diketahui bahwa pasokan beras dan bawang putih sangat bergantung provinsi lain yakni Jatim dan Sulsel. 

Dari data yang ditampilkan sekitar 81 persen beras diimpor dari Jawa Timur. Hal ini, kata I Nyoman, memicu banyak uang yang keluar daerah, sehingga ekonomi tidak banyak bergerak di dalam daerah.

Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah untuk membangun sentra-sentra produksi di Kota Kupang ataupun di daerah penyangga sekitar.  

I Nyoman juga menyebut, mayoritas pasokan daging ayam, bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit dipasok dari sejumlah daerah di NTT. 

Meski demikian, kata dia, barang-barang pendukung produksi daging ayam masih bergantung pada Jawa Timur yaitu bibit ayam (DOC). 

“Hal ini menjadi dorongan bagi Pemkot apakah DOC bisa dilakukan di Kota Kupang,” ujarnya.

Sedangkan, terhadap supply bawang putih, kata dia, murni diimpor dari  Tiongkok.

“Perlu mengubah pola seperti menggunakan bawang putih lokal dan juga membuka lahan-lahan pertanian bawang putih di daerah NTT,” ucapnya.

Lebih lanjut, dia memaparkan bahwa harga komoditas utama di Kota Kupang pada minggu keempat bulan Maret 2021 terpantau stabil.

Komoditas cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah, katanya,  mengalami kenaikan harga dibandingkan minggu sebelumnya. 

Hal itu terjadi karena didorong oleh kenaikan harga dari distributor serta permintaan yang meningkat. 

Oleh karena itu, menurutnya, perlu dilakukan pemantauan pasokan dan harga pasar menjelang bulan Ramadhan. 

Adapun beberapa rekomendasi pengendalian inflasi yang ditawarkan I Nyoman pada pertemuan itu, yakni keterjangkauan harga seperti melaksanakan pemantauan harga komoditas pokok, melaksanakan program sidak pasar dan Pasar murah menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN); dan penjualan secara online komoditas pokok di pasar tradisional. 

Selain itu, menjaga ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi termasuk di dalamnya melaksanakan kerja sama antar daerah, membangun komunikasi yang efektif seperti melaksanakan program pengendalian inflasi berbasis masyarakat (mendorong masyarakat, lembaga keagamaan, serta TNI menanam hortikultura di pekarangan atau lahan kosong), perlunya perluasan data monitoring harga yang telah tersedia dengan data pasokan setiap komoditas dan publikasi data komoditas pokok secara periodik di media massa. 

Sementara itu, pihak Bulog NTT dan Satgas Pangan NTT menyampaikan bahwa ketersediaan pasokan pangan di Kota Kupang sampai saat ini dan beberapa bulan kedepan masih cukup.

Kepala Divre Bulog NTT, Asmal, memastikan ketersediaan beras, gula pasir dan minyak goreng stoknya masih mencukupi, bahkan untuk beras, khususnya di Bulog, masih ada 19 ribu ton. 

Jumlah itu, kata dia, bisa memenuhi kebutuhan 4 sampai 5 bulan ke depan.

“Ini belum termasuk stok yang ada di pedagang dan di masyarakat,” ujarnya.

Menurutnya, proses distribusi beras perlu dikawal, sehingga tidak terjadi penimbunan. 

Satgas Pangan NTT menyampaikan bahwa sesuai hasil koordinasi dengan jajaran Polres Kota Kupang, hingga saat ini belum ditemukan adanya penimbunan sembako. 

Hal senada juga disampaikan oleh Kadis Perindag Kota Kupang.

Menurutnya, setelah melakukan pengecekan di sejumlah distributor sembako seperti Sumber Cipta, Panca Sakti dan Citra Lestari, ketersediaan stok sembako melampaui bulan Ramadhan, dan harga-harga komoditas di pasar-pasar besar di Kota Kupang cenderung stabil. 

Wali Kota Kupang  mengatakan bahwa kesediaan pangan di Kota Kupang untuk beberapa bulan kedepan mencukupi.

Meski demikian, kata dia, penting untuk menjaga keseimbangan inflasi sehingga supply dan demand juga seimbang. 

Ia meminta kepada PD Pasar untuk selalu melakukan pengecekan perkembangan harga-harga komoditas di pasar. 

Lalu, terkait barang-barang pendukung produksi daging ayam seperti bibit ayam (DOC) yang masih bergantung dari Jawa Timur, pihaknya akan membangung kerja sama dengan PT. Sasando Baru untuk pengadaan DOC. 

“Pengadaan DOC suatu peluang besar. Tanah kita punya, perlu pengadaan mesin-mesin termasuk juga apabila bisa sampai pada pengolahan pakan ini luar biasa. Peluang usaha ini akan didiskusikan nantinya dengan PT. Sasando Baru. Jika memungkinkan, akan diolah secara profesional,”pungkasnya.

TERKINI
BACA JUGA