Mengintip Budidaya Ikan Lele Besutan Koramil 1602-01 Kota Ende

Ende, Ekorantt.com – Sebanyak enam kolam terpal berjejer rapi di belakang kediaman seorang bintara muda Kodim 1602 Ende di Desa Nanganesa, Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende. Kolam-kolam berbentuk persegi panjang itu menampung sekitar 5.000 ikan lele siap panen.

Danramil 1602-01 Kota Ende Kapten Inf. Riky Alexander Mesah tengah sibuk menyiram pakan lele dibantu si bentara muda. Ribuan ikan berkumis ini muncul ke permukaan, berebutan pakan.

“Kami fokus budidaya lele. Kalau Koramil lain disesuaikan dengan kemauan mereka,” ujarnya di lokasi budidaya ikan lele pada Rabu (19/5/2021).

Satu dari enam kolam terpal diberi sekat dan menampung dua induk lele. Satu lele betina. Satunya lagi lele jantan. Keduanya disiapkan untuk pemijahan.

Saat musim kawin, lele betina dan jantan itu ditaruh di satu wadah kolam yang sama. Kemudian menghasilkan telur untuk dijadikan bibit pada budidaya selanjutnya.

iklan

“Kita tidak lagi beli bibit dari Jawa. Kita sudah punya bibit lokal,” sebutnya.

Kapten Riky menuturkan, Koramil 1602-01 Ende memilih budidaya ikan lele demi menunjang ketahanan pangan di tengah pandemi Covid-19. Budidaya lele dinilai lebih murah, praktis, dan efektif.

“Kita sudah hitung untung ruginya. Biaya yang kita keluarkan untuk pemeliharaan 5.000 ekor ikan selama tiga bulan, kita sudah hitung, kira-kira 15 juta rupiah. Lalu untuknya bisa mendekati 10 juta rupiah. Kan lumayan,” urai Kapten Riky.

Saat dikonfirmasi, Dandim 1602 Ende Letkol Nelson Paido Marpaung menegaskan lagi bahwa budidaya ikan lele yang dikembangkan oleh Koramil 1602-01 Kota Ende merupakan bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Ende.

Selain budidaya ikan lele, Kodim 1602 Ende juga mengembangkan  budidaya ayam dan tanaman hortikultura, kata Letkol Nelson.

“Ini untuk ketahanan pangan sekaligus kita dorong pemberdayaan bagi masyarakat lokal. Banyak kelompok tani yang sudah kita dorong dalam budidaya seperti ini,” ujar Letkol Nelson.

Lokasi budidaya ikan lele di Desa Nanganesa, Kecamatan Ndona karya inovasi Kodim 1602 Ende (Foto: Ansel Kaise/Ekora NTT)

Sistem Bioflok

Koramil 1602-01 Kota Ende menerapkan sistem bioflok dalam pembudidayaan ikan lele. Seperti yang dilansir Litbang.pertanian.go.id, sistem bioflok sendiri Bioflok adalah salah satu teknologi budidaya ikan, yakni suatu teknik budidaya melalui rekayasa lingkungan yang mengandalkan pasokan oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme yang secara langsung dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan.

Dijelaskan lebih lanjut, prinsip dasar bioflok adalah mengubah senyawa organik dan anorganik yang terdiri dari kabon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen menjadi massa sludge berbentuk bioflok. Perubahan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan bakteri pembentuk gumpalan sebagai bioflok.

Teknik ini populer di kalangan peternak lele dan nilai karena mampu menggenjot produktivitas panen yang lebih tinggi. Selain itu, metode bioflok juga menekan penggunaan lahan menjadi tidak terlalu luas dan hemat air.

Oleh sebab itu, bioflok menjadi solusi efektif untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat serta menjadi cara ekonomis bagi para pebisnis bidang perikanan.

Penerapan sistem bioflok melalui rekayasa lingkungan dengan mengandalkan suplai oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme mampu menjadikan hasil panen melonjak tiga kali lipat dibanding sebelumnya.

Jika kita perbandingkan dengan budidaya sistem konvensional yang menerapkan metode padat tebar 100 ekor/m3, dimana memerlukan waktu 80 hingga 110 hari untuk panen. Maka untuk sistem bioflok dengan padat tebar 500-1000 ekor/m3 hanya memerlukan waktu panen 75 hingga 90 hari saja.

Disamping itu, inovasi teknologi budidaya ikan ini juga membuat penggunaan pakan lebih efisien. Misalnya pada metode budidaya konvensional nilai Feed Convertion Ratio (FCR) rata-rata sekitar 1,5 maka dengan teknologi bioflok Feed Convertion Ratio (FCR) dapat mencapai 0,8 hingga 1,0.

Artinya, untuk menghasilkan 1 kg daging ikan pada sistem konvensional memerlukan sekitar 1,5 kg pakan. Sedangkan dengan metode bioflok, hanya memerlukan 9,8 hingga 1,0 kg pakan ikan.

Di berbagai daerah, bioflok terbukti efisien dibanding sistem konvensional, bahkan meningkatkan produktivitas lebih dari 3 kali lipat. Contohnya pada kolam dengan rata-rata padat tebar 1.000 ekor/m3 dengan ukuran diameter 3 meter, maka dapat ditebar sekitar 3.000 ekor benih lele.

Dari jumlah tersebut, dapat menghasilkan lele konsumsi mencapai 300 kg hingga 500 kg per siklus panen (75-90 hari). (LQ)

Pemberdayaan

Kapten Riky mengatakan budidaya ikan lele memiliki nilai pemberdayaan, baik untuk anggota Koramil sendiri maupun masyarakat. Aparat yang punya lahan bisa memanfaatkan lahan di sekitar rumah untuk budidaya lele atau usaha lain.

Khusus untuk masyarakat, kata Kapten Riky, pihaknya siap untuk membantu para petani yang mau belajar. Bagi kelompok tani yang ingin membudidayakan ikan lele dapat berkoordinasi dengan pihaknya.

“Pada prinsipnya kami siap. Kalau ada kelompok tani yang mau budidaya, akan kita bantu baik sosialisasi maupun pembenihannya,” ujar Kapten Riky.

“Kita budidaya ini untuk pemberdayaan masyarakat. Ini kita libatkan kelompok tani agar mereka bisa mandiri,” tutup Pasi Intel Kodim 1602 Ende ini.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA