Kisah Mateus saat Banjir Bandang di Inerie: Bunyi Keras Sekali Sampai Rumah Getar

Bajawa, Ekorantt.com – Suara gemuruh dan getaran tanah tiba-tiba memecah kesunyian Dusun Malapedho, Desa Inerie, Kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada pada Jumat (3/9/2021). Masyarakat berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri.

Salah satu warga Dusun Malapedho, Mateus Wo’u tak pernah mengira bahwa banjir bandang melanda kampungnya itu. Ia menceritakan apa yang terjadi saat kejadian bencana kepada Ekora NTT pada Rabu (8/9/2021).

“Saya bingung, sebenarnya apa yang terjadi. Saya pikir ada tronton yang lewat. Tapi ko suaranya keras sekali sampai rumah saya getar,” ujar Mateus mengisahkan kejadian malam itu.

Listrik pun tiba-tiba padam. Dusun Malapedho seketika gelap gulita. Warga lain juga turut berhamburan keluar rumah. Sebagian membawa senter untuk menerangi dan mencari tahu apa yang terjadi.

Mateus takut. Pasalnya, ini baru pertama kali dialaminya. Ia mengetahui bahwa yang terjadi adalah banjir bandang di daerah aliran sungai, setelah diberitahu warga sekampung.

iklan

“Setelah saya turun ke sini, saya lihat kondisi benar-benar hancur. Air waktu itu masih besar tapi hanya di kali, batu-batu besar dan kayu dari gunung tumpuk di pinggir kali,” ujarnya.

Dengan penuh hati-hati, ia lalu bergegas membantu masyarakat yang rumah terdampak banjir meskipun kondisi saat itu masih berlumpur.

Ia dan warga sekampung mendengar kabar bahwa salah satu rumah warga yang berada di seberang kali sudah roboh akibat dihantam material longsor, sementara penghuni rumah tidak diketahui kabarnya.

“Kami dengar dari warga lain kalau rumah bapak Mikel dan Mama Maria sudah rata tanah. Kami tidak berani ke sana karena masih hujan dan jembatan putus,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Desa Inerie Benediktus Milo mengungkapkan bahwa kejadian tersebut merupakan kejadian pertama selama dirinya berada di Desa Inerie.

“Ini jadian pertama kali, saya sudah 50-an tahun di sini,” kata Benediktus.

Beneditus tidak menduga, kali mati di Dusun Malapedho membawa pengalaman pahit dan trauma bagi masyarakat setelah malam kejadian.

“Kita tidak pernah menyangka kalau sampai terjadi banjir. Apalagi ini kali mati, dia ada air itu pun pada musim hujan saja dan ketinggian airnya tidak sampai satu meter,” tuturnya.

Meskipun demikian, sebagai kepala desa, dirinya sudah mengingatkan masyarakat untuk tidak tinggal di bantaran kali.

Hingga sekarang, tim gabungan masih terus berusaha mencari satu korban hilang pada kejadian banjir bandang tersebut.

Selain memberi trauma bagi masyarakat setempat, banjir tersebut telah memakan 2 korban meninggal, 2 kaki patah dan 26 jiwa terpaksa mengungsi ke rumah kerabatnya di dusun lain.

Belmin Radho

TERKINI
BACA JUGA